Mereka Mengajari kami untuk berbuat tidak baik, Bu.. (Sebuah Refleksi Negeri)
Baik..Mungkin semua ini terlihat klise dan juga mungkin bisa terlihat hidden..Namun semua hal yang nyata..Sangat nyata hingga semua orang melakukannya..
Banyak orang berkopiah dan bertahtakan kitab suci untuk kita selalu anut sebagai seorang yang kita hargai untuk lebih mengerti tentang KeTuhanan..Nyatanya tidak..Tidak sama sekali..
Mereka pun tak jauh beda dengan kita, kawan..
Sama sama terdoktrin secara otomatis..Sebuah rencana biopower yang sangat cerdas..Michel Foucault telah mengoarkannya puluhan tahun silam.
Kita mulai dari sebuah kotak ajaib yang ditemukan oleh John L. Baird.Bermula dari 30 garis, hingga kini menjadi plasma dan LCD.
Kalian semua tahu. Sebuah televisi. Dimana sekarang menjadi sebuah saingan saling meningkatkan kualitas. Yang terakhir didengar adalah fitur DLNA dan juga HDTV. Tiada yang bermasalah dengan semua itu. Yang menjadi sumber masalahnya justru adalah les emissions. Ya, sebuah channel.
Saya pun tak munafik untuk menjadi penikmat televisi. Sebuah band indie jogja : Captain jack, pernah membuat lagu yang berjudul TV Sampah. Lihatlah seorang yang (tergeneralisasi) brutal, mungkin justru orang yang paling aware terhadap zaman. Bahkan untuk sebuah news channel pun tiada lepas dari hal2 buruk : menghasut, mengadudomba, dan yang terakhir adalah minimnya sebuah humanisme didalamnya. Sekarang tinggal hitunglah berapa orang yang tertunduk patuh pada sebuah tayangan reality show. Seakan itu sebuah kenyataan. Sebelum melangkah lebih jauh, bagi anda yang merasa anda adalah penikmat televisi kelas expert, anda lebih baik menutup jendela ini..
Unsur percabangan sebuah televisi adalah unsur entertainment. Saya belum pernah percaya sebuah kata : edutainment pernah eksis dalam sebuah kotak bergambar itu. Itu hanya eufemisme dari sebuah bisnis bodoh. Tak usah terlalu jauh menilai, lihatlah sekitar, percabangan itu menjadi industri. Playstation, Wii, dan XBOX. Jangan menyalahkan si pembuat. Mereka dengan jelas menjabarkan : rating. Silahkan hitung berapa orang di Indonesia yang memperhatikan rating tersebut. Buka www.esrb.org jika anda memang sok hebat dan punya pandangan sendiri tentang rating. Setelah baca, bantahlah saya. Lihat pula anak2 kecil saling baku hantam, meniru Grand Theft Auto (peringkat ke 7 dalam game paling legendaris dunia dan satu2nya dari konsol Playstation). Siapa yang mengajari? PS, si punya rental? Pembajak? ato Orang tuanya?
Jangan salahkan pula para rental PS dan juga para produsen televisi. Induk permasalahan dinegara ini bukan salah mereka. Ada yang mengajari mereka untuk berbuat tidak baik. Kenapa sih orang kita selalu senang ngibul. Kayaknya kok ngibul itu prestige? Ato bangsa ini emang senang mengejar predikat. Saya ingat kata teman saya : " daripada saya mati ngantuk, mending saya mati sombong"
Ingat kata2 beberapa baris sebelumnya? Bahkan seorang yang menjadi pemuka agama pun mengajari kita untuk berbohong. Lihat berapa Da'i kondang mengoarkan kata : ketik REG spasi Blah blah blah,,
Dan dengan tulisan tarif yang sangat kecil ditampilkan..
Baik, memang enak punya kekuasaan. Dimana setiap kata adalah emas dan setiap polah adalah ibadah.
Bolehkah saya berkata yang demikian itu adalah pembusukan mental?
Lihat pula kala banyak operator menurunkan harga, berbahasa manis dan mengatakan kata : Ramadhan, Silaturahmi, Pakailah layanan kami?
Dan anda terkejut ketika pulsa anda berkurang cepat. Dan anda pun takzim bahwa ada syarat dan ketentuan berlaku,.
Jahat sekali. Begitukah cara mereka mengajarkan kita?
Sejenak pikiran saya juga melihat seorang memanfaatkan efek konsumerisme di negeri kita ini. Lihatlah membanjirnya produk Blackberry dan Netbook maha murah..
Bagus. Itu bisa meningkatkan kapabilitas Masyarakat Indonesia. Sisanya, pusat service menjamur, dan mereka pun mengeluh tentang jaminan garansi yang terbatas dan dipersulit. Begitukah cara mendidik orang? Mengiming2i kemudahan dan murahnya barang tanpa jaminan.
Pada akhirnya semua kembali ke sifat orang pada umumnya : Prinsip ekonomi.
Bukalah mata, dimana kita berada saat ini.
Selamat datang di Indonesia. Dimana murah adalah kata yang paling sering di ucapkan ketimbang nama Tuhan.
Bahkan untuk sebuah Universitas yang notabene adalah universitas paling bergengsi di Indonesia pun mengajarkan untuk berbuat hal yang tak baik. Saya justru salut terhadap salah satu produsen rokok yang pedas mengkritik pemerintah dengan kata-kata simpel. Ya, memang bukan basa basi bagi mereka.
Dengan model pembenahan yang mereka rancang, mereka berharap segera menjadi nomor wahid dunia. Dengan segala cara, kultur yang dibangun bertahun2 menjadi sirna, hanya dengan menggoreskan tanda tangan..Mereka berkoar, kita harus irit..Kita murah kok..Kita kampus rakyat..
Mari lihat fakta ini : Mereka menghabiskan 2Milyar lebih perbulan untuk listrik satu universitas. Sementara rata2 gedung mereka memakai lebih dari 50 AC dari cina yang berdaya 1PK. Belum lagi kebijakan parkir mahabodoh dengan model antah berantah..Jutaan lembar karcis terbuang perbulannya..Demi hasrat : Kami yang terbaik..
Dan sialnya saya kuliah didalamnya..
Bahkan kantin di kampus saya ini yang menjadi trademark. sudah termodernisasi..
Sungguh, sakit, sakit sekali..
Dan mereka pun bangga dengan mahalnya biaya yang mereka patok. Mantap. Belum lagi dengan BIROKRASI MAHALAMA dan busuk membuat banyak mahasiswa gigit jari..Masih belum puas, pak ? duduk di kursi mewah, Ada AC, Gaji tinggi, terus buat malapetaka bagi kami? Hanya Tuhan yang tahu pahala anda, Tuan..
Inikah cara mengajarkan sebuah kebaikan bagi kita semua?
Jika suatu saat nanti aku punya seorang anak, dan ia berbuat buruk, tiada gunanya lagi aku memarahi..
Dia akan menghambur ke ibunya, menangis..
Ketika ditanya..
Dia sudah punya satu jawaban :
Mereka mengajari kami untuk berbuat tidak baik, Bu..
Seketika, aku pun diam...
Banyak orang berkopiah dan bertahtakan kitab suci untuk kita selalu anut sebagai seorang yang kita hargai untuk lebih mengerti tentang KeTuhanan..Nyatanya tidak..Tidak sama sekali..
Mereka pun tak jauh beda dengan kita, kawan..
Sama sama terdoktrin secara otomatis..Sebuah rencana biopower yang sangat cerdas..Michel Foucault telah mengoarkannya puluhan tahun silam.
Kita mulai dari sebuah kotak ajaib yang ditemukan oleh John L. Baird.Bermula dari 30 garis, hingga kini menjadi plasma dan LCD.
Kalian semua tahu. Sebuah televisi. Dimana sekarang menjadi sebuah saingan saling meningkatkan kualitas. Yang terakhir didengar adalah fitur DLNA dan juga HDTV. Tiada yang bermasalah dengan semua itu. Yang menjadi sumber masalahnya justru adalah les emissions. Ya, sebuah channel.
Saya pun tak munafik untuk menjadi penikmat televisi. Sebuah band indie jogja : Captain jack, pernah membuat lagu yang berjudul TV Sampah. Lihatlah seorang yang (tergeneralisasi) brutal, mungkin justru orang yang paling aware terhadap zaman. Bahkan untuk sebuah news channel pun tiada lepas dari hal2 buruk : menghasut, mengadudomba, dan yang terakhir adalah minimnya sebuah humanisme didalamnya. Sekarang tinggal hitunglah berapa orang yang tertunduk patuh pada sebuah tayangan reality show. Seakan itu sebuah kenyataan. Sebelum melangkah lebih jauh, bagi anda yang merasa anda adalah penikmat televisi kelas expert, anda lebih baik menutup jendela ini..
Unsur percabangan sebuah televisi adalah unsur entertainment. Saya belum pernah percaya sebuah kata : edutainment pernah eksis dalam sebuah kotak bergambar itu. Itu hanya eufemisme dari sebuah bisnis bodoh. Tak usah terlalu jauh menilai, lihatlah sekitar, percabangan itu menjadi industri. Playstation, Wii, dan XBOX. Jangan menyalahkan si pembuat. Mereka dengan jelas menjabarkan : rating. Silahkan hitung berapa orang di Indonesia yang memperhatikan rating tersebut. Buka www.esrb.org jika anda memang sok hebat dan punya pandangan sendiri tentang rating. Setelah baca, bantahlah saya. Lihat pula anak2 kecil saling baku hantam, meniru Grand Theft Auto (peringkat ke 7 dalam game paling legendaris dunia dan satu2nya dari konsol Playstation). Siapa yang mengajari? PS, si punya rental? Pembajak? ato Orang tuanya?
Jangan salahkan pula para rental PS dan juga para produsen televisi. Induk permasalahan dinegara ini bukan salah mereka. Ada yang mengajari mereka untuk berbuat tidak baik. Kenapa sih orang kita selalu senang ngibul. Kayaknya kok ngibul itu prestige? Ato bangsa ini emang senang mengejar predikat. Saya ingat kata teman saya : " daripada saya mati ngantuk, mending saya mati sombong"
Ingat kata2 beberapa baris sebelumnya? Bahkan seorang yang menjadi pemuka agama pun mengajari kita untuk berbohong. Lihat berapa Da'i kondang mengoarkan kata : ketik REG spasi Blah blah blah,,
Dan dengan tulisan tarif yang sangat kecil ditampilkan..
Baik, memang enak punya kekuasaan. Dimana setiap kata adalah emas dan setiap polah adalah ibadah.
Bolehkah saya berkata yang demikian itu adalah pembusukan mental?
Lihat pula kala banyak operator menurunkan harga, berbahasa manis dan mengatakan kata : Ramadhan, Silaturahmi, Pakailah layanan kami?
Dan anda terkejut ketika pulsa anda berkurang cepat. Dan anda pun takzim bahwa ada syarat dan ketentuan berlaku,.
Jahat sekali. Begitukah cara mereka mengajarkan kita?
Sejenak pikiran saya juga melihat seorang memanfaatkan efek konsumerisme di negeri kita ini. Lihatlah membanjirnya produk Blackberry dan Netbook maha murah..
Bagus. Itu bisa meningkatkan kapabilitas Masyarakat Indonesia. Sisanya, pusat service menjamur, dan mereka pun mengeluh tentang jaminan garansi yang terbatas dan dipersulit. Begitukah cara mendidik orang? Mengiming2i kemudahan dan murahnya barang tanpa jaminan.
Pada akhirnya semua kembali ke sifat orang pada umumnya : Prinsip ekonomi.
Bukalah mata, dimana kita berada saat ini.
Selamat datang di Indonesia. Dimana murah adalah kata yang paling sering di ucapkan ketimbang nama Tuhan.
Bahkan untuk sebuah Universitas yang notabene adalah universitas paling bergengsi di Indonesia pun mengajarkan untuk berbuat hal yang tak baik. Saya justru salut terhadap salah satu produsen rokok yang pedas mengkritik pemerintah dengan kata-kata simpel. Ya, memang bukan basa basi bagi mereka.
Dengan model pembenahan yang mereka rancang, mereka berharap segera menjadi nomor wahid dunia. Dengan segala cara, kultur yang dibangun bertahun2 menjadi sirna, hanya dengan menggoreskan tanda tangan..Mereka berkoar, kita harus irit..Kita murah kok..Kita kampus rakyat..
Mari lihat fakta ini : Mereka menghabiskan 2Milyar lebih perbulan untuk listrik satu universitas. Sementara rata2 gedung mereka memakai lebih dari 50 AC dari cina yang berdaya 1PK. Belum lagi kebijakan parkir mahabodoh dengan model antah berantah..Jutaan lembar karcis terbuang perbulannya..Demi hasrat : Kami yang terbaik..
Dan sialnya saya kuliah didalamnya..
Bahkan kantin di kampus saya ini yang menjadi trademark. sudah termodernisasi..
Sungguh, sakit, sakit sekali..
Dan mereka pun bangga dengan mahalnya biaya yang mereka patok. Mantap. Belum lagi dengan BIROKRASI MAHALAMA dan busuk membuat banyak mahasiswa gigit jari..Masih belum puas, pak ? duduk di kursi mewah, Ada AC, Gaji tinggi, terus buat malapetaka bagi kami? Hanya Tuhan yang tahu pahala anda, Tuan..
Inikah cara mengajarkan sebuah kebaikan bagi kita semua?
Jika suatu saat nanti aku punya seorang anak, dan ia berbuat buruk, tiada gunanya lagi aku memarahi..
Dia akan menghambur ke ibunya, menangis..
Ketika ditanya..
Dia sudah punya satu jawaban :
Mereka mengajari kami untuk berbuat tidak baik, Bu..
Seketika, aku pun diam...
Komentar
Posting Komentar